Pembelajaran Mendalam (deep Learning)

Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta di MTs MINAT Kesugihan: Menuju Pendidikan yang Humanis dan Inklusif

Sabtu, 3 Agustus 2025.  MTs MINAT Kesugihan menyelenggarakan rapat Diseminasi Implementasi Pembelajaran Mendalam (PM) Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), salah satu inovasi kurikulum baru yang dicanangkan oleh Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.

Menurut Amien Suyitno, “Pendidikan karakter di Indonesia membutuhkan inovasi yang lebih mendalam, salah satunya melalui pendekatan yang lebih integratif dan sistematis dalam kurikulum.”

Sejalan dengan hal tersebut, seluruh guru dan karyawan MTs MINAT Kesugihan terlibat aktif dalam kegiatan ini. Acara diawali dengan sambutan Kepala Madrasah, Bapak Musyafa, S.Pd.I., yang menyampaikan harapannya agar kurikulum baru ini dapat mendorong kemajuan madrasah secara menyeluruh.

Rangkaian kegiatan juga diisi dengan sosialisasi dari berbagai pihak, antara lain perwakilan dari Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA), Asuransi Bumida, serta Bank Jateng. Di akhir sesi, Waka Kesiswaan, Bapak Hilal Musoli, S.Pd., M.Pd., menyampaikan beberapa pengumuman penting kepada peserta rapat.

Memasuki acara inti, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, Ibu Litsa Arfi Hidayati, M.Pd., memaparkan konsep dasar Kurikulum Berbasis Cinta. Beliau menjelaskan bahwa KBC mengedepankan nilai kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan sebagai landasan utama dalam proses pembelajaran.

“Tujuan utama dari KBC adalah membangun sistem pendidikan yang lebih manusiawi, holistik, serta berorientasi pada pembentukan karakter dan kepedulian sosial,” ujarnya.

Beberapa poin penting yang disampaikan antara lain:

  • Pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek kognitif (pengetahuan), tetapi juga mencakup aspek afektif (perasaan) dan psikomotorik (tindakan).
  • Penguatan nilai kasih sayang terhadap Tuhan, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa.
  • Pentingnya pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, termasuk penggunaan kecerdasan buatan (AI), agar madrasah tidak tertinggal dalam era digital yang terus berkembang.

Ibu Litsa juga menekankan bahwa implementasi KBC diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional, spiritual, dan sosial. Dengan demikian, madrasah mampu berkontribusi dalam membangun masyarakat yang toleran, inklusif, dan harmonis dalam keberagaman, sekaligus mendukung visi Indonesia Emas 2045 dengan melahirkan generasi berakhlak mulia dan berdaya saing global.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top